Topik 1: Stres dan Adaptasi
1. Konsep stres
Stres adalah segala situasi di mana
tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau
melakukan tindakan ( Selye, 1976 ).Respon atau tindakan ini termasuk respon
fisiologis dan psikologis.Stresor adalah stimulus yang mengawali atau
mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari
dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan, menopause atau suatu
keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal
dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan
peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan ).
Berbagai pandangan manusia mengenai
stres menghasilkan pengertian yang berbeda-beda tentang stres itu sendiri.
Stres hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan tubuh
berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan wajah
memerah. Paham realistik memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang
terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada
hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan paham idealis menganggap stres adalah
murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk menjelaskan kenapa jika
fenomena stres hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak pada fisik
seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk
menghilangkannya berarti akan menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye,
1978 ). Stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. Pendekatan
ini telah dibatasi sebagai “model psikologi”. Model psikologi ini menggambarkan
stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan ketegangan ( strain ).
Interaksi antara individu dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi itu
dinamakan dengan interaksi transaksional yang di dalamnya terdapat proses
penyesuaian. Stres bukan hanya stimulus atau respon tetapi juga agen aktif yang
dapat mempengaruhi stresor melalui strategi prilaku, kognitif dan emosional.
Individu akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor yang sama.
Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa
stres bukanlah suatu hal yang sederhana. Salah satu definisinya adalah stres
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalamMustamir Pedak, 2007 ). Kesimpulan
dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena manusia begitu
kuat dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya dengan mengandalkan segala
kemampuannya dan potensinya.
2.Faktor
Yang Mempengaruhi Respon Terhadap Stressor
a. Intensitas
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya tubuh atau jiwa manusia
mempunyai ketahanan atau kekuatan yang berasal dari dalam. Tingkat kekuatan ini
dinilai sebagai kunci kepribadian dalam menghadapi stress. Kepribadian ini
memungkinkan seseorang untuk menjadikan stressor sebagai suatu yang positif
sehingga memberikan respon yang positif pula terhadap stressor tertentu. Suatu
stressor yang bersifat negatif dan menjadikan stress bagi seseorang dapat
merupakan sumber kekuatan bagi orang lain.
Selain
itu stressor juga dapat memberikan mekanisme untuk memperingatkan seseorang
agar dapat menmgumpulkan seluruh kekuatan yang dimilikinya dalam rangka
melawean stress itu sendiri. Tak selamanya stress merupakan hal yang negatif.
Pada tingkatan tertentu stress dapat menjadi motivator bagi seseorang. Hal ini
berhubungan dengan keinginan untuk mencap[ai suatu tujuan dan stress disini
berguna untuk mencegah timbulnya rasa bosan. Stress juga berguna pada keadaan
yang penting dimana seseorang memerlukan kekuatan emosional dan mobilisasi
fisik sebagai kekuatan pertahanan individu.
b. Sifat
Sifat
dari stressor juga memperngaruhi respon. Ada beberapa stressor yang bersifat
positif dan yang lainnya bersifat negatif. Stressor yang bersifat positif akan
menimbulkan respon yang positif, sedangkan stressor yang bersifat negatif akan
menyebabkan respon yang negatif pula baik secara fisikmaupun psikis. Secara
negatif stress dapat menghasilkan perubahan yang pada akhirnya akan menimbulkan
kesakitan.
c. Durasi
Lamanya
atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stressor atau kejasian dari stressor
sampai menjadikan seseorang mengalami stress. Frekwensi perubahan-perubahan
dari suatu kejadian yang pada akhirnya mempengaruhi seseorang hingga merasakan
stress.
d. Jumlah
Mengandung
pengertian stressor yang harus dihadapi dalam satu waktu. Banyaknya
perubahan-perubahan dan kejadian yang dialami seseorang dalam suatu periode
waktu tertentu lebih sering menyebabkan perkembangannya stress yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kesakitan.
e. Pengalaman
Bagaimana
seseorang memberikan respon terhadap stressor juga dipengaruhi oleh pengalaman.
Pengalaman ini bisa di dapat dari diri sendiri maupun dari pengalaman orang
lain. Pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang ditemui dalam
kehidupan akan memberikan pelajaran dan kekuatan untuk menghadapi stressor dan
menghadapi stress.
f. Tingkat Perkembangan
Di
dalam setiap perkembangan akan terjadi perubahan-perubahan pada setiap
individu. Tingkat perkembangan ini juga berpengaruh terhadap bagaimana
seseorang maupun stressor. Karena perkembangan cukup menentukan kematangan
seseorang dalam menghadapi kematangan.
3.
Adaptasi terhadap stres
Adaptasi terhadap
stress dapat berupa :
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis
adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan keadaan
menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.
2. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara
psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• LAS ( Local adaptation
syndroma)
LAS
adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh:
seperti ketika kulit terinfeksi maka
akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang
sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.
• GAS ( general
adaptation syndroma)
GAS adalah apabila
reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan dan
secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di
seluruh tubuh, berkeringat
4.
Respon terhadap stress
Hans
Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh
terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation
Syndrome (GAS).
1. Local Adaptation
Syndrom (LAS)
Tubuh
menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini
termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya,
dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS
:
1. respon yang terjadi
hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
2. respon bersifat
adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3. respon bersifat
jangka pendek dan tidak terus menerus.
4. respon bersifat
restorative.
Respon LAS ini banyak
kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah
ini :
a. Respon inflamasi
respon
ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri
hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat
dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam
3 fase :
• fase pertama
Adanya
perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah
ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah
putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein,
leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua
Pelepasan
eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain
yang dihasilkan ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi
jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
Respon
ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan
lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda
tajam.Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon
yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di
beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
2. General Adaptation
Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm (
Waspada)
Melibatkan
pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda
fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan
gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya
tahan tubuh menurun
Fase
alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti
pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya
menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan
kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan
adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut
jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2
dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas
hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan
atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila
stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance
(Melawan)
Individu
mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor
penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun à tau normaltubuh kembali
stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put.
Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil
tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut
akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion
(Kelelahan)
Merupakan
fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan
kematian.
Tahap
ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi
menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap
stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
5.
Managemen Stress
Manajemen
stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk
mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk
memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik
Strategi
Goliszek (2005)
menyatakan bahwa usaha untuk memecahkan kebiasaan stres sehingga kualitas hidup
menjadi lebih baik dengan:
- mempelajari apa itu gila
- mengenali gejala stres yang terjadi
dalam diri
- mengubah pola perilaku
- memanfaatkan serangkaian teknik dan
relaksasi dari manajemen stres yang cepat dan sederhana
6.
Proses prefesionalisme Keperawatan
Interaksi
perawat dan klien ini menghasilkan kondisi stres tahap ekshausi,
yang menyebabkan ketahanan tubuh semakin menurun. Kondisi ini menyebabkan
proses penyembuhan terhambat dan bahkan dapat menimbulkan penyakit baru.
- Oleh karena itu industri jasa
kesehatan menjadi semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan merupakan
upaya kompetentif dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan
tersebut.
- Florence Nightingale pada tahun
1858, telah berupaya memperbaiki kondisi pelayayanan keperawatan yang
diberikan kepada serdadu pada perang Krimen.
- Dengan terjadinya perubahan
diberbagai aspek kehidupan keperawatan pada saat ini telah berkembang
menjadi suatu profesi yang memiliki keilmuan unik yang menghasilkan
peningkatan minat dan perhatian diantara anggotanya dalam meningkatkan
pelayanannya.
- Tim pelayanan keperawatan
memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan profesi dan
standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang
diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan klien.
- Asuhan keperawatan
yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan
dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat
dalam memperlihatkan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh perawat
dalam memperlihatkan haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman,
serta sesuai dengan standar dan etika profesi keperawatan yang
berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan,
implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
- Proses keperawatan digunakan untuk
membantu perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam
memecahkan masalah keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, perawat
dapat mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada klien,
sehingga kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan.
- Proses keperawatan memberikan
kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan kepada klien, keluarga
dan komunitas, serta merupakan metode yang efisien dalam membuat keputusan
klinik, serta pemecahan masalah baik aktual maupun potensial dalam
mempertahankan kesehatan.
Proses keperawatan
- Suatu pendekatan sistematis untuk
mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan
masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
- Merupakan proses pemecahan masalah
yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien sampai ke
tahap maksimum.
- Merupakan pendekatan ilmiah
- Terdiri dari 4 tahap : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang
menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Alasan penggunaan proses keperawatan
- Meningkatnya tuntutan masyarakat
akan pelayanan keperawatan
- Profesionalisme, sesuai dengan
konsep keperawatan bahwa perawatan merupakan pelayanan esensial yang
diberikan oleh perawat profesional di mana dalam melaksanakan kegiatannya
menggunakan pendekatan proses keperawatan
- Untuk efektifitas dan efisiensi
pelayanan keperawatan
- Untuk meningkatkan peran serta dan
keterlibatan pasien dalam pelayanan keperawatan.
Komponen proses keperawatan
Dalam proses keperawatan, ada lima (5) tahap yang harus
dilalui; dimana tahap-tahap tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling
berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran
dan tindakan yang kontinu, yang mengulangi kembali kontak dengan klien.
Tahap-tahap dalam proses
keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
- Pengkajian
- Diagnosis keperawatan
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Evaluasi
Kelima tahap tersebut merupakan pedoman dalam mencapai
tujuan keperawatan, yaitu : meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau
membuat klien mencapai kematian dengan tenang pada klien yang terminal, serta
memungkinkan klien atau keluarga dapat mengatur kesehatannya sendiri, secara
mandiri, menjadi lebih baik atau meningkat.
-Pengkajian
- Pengumpulan data
- Klasifikasi / tabulasi data
- Analisis data
- Penentuan masalah / diagnosis
keperawatan
- Penentuan prioritas masalah
-Perencanaan
- Menentukan dan merencanakan
tujuan
- Menentukan tindakan keperawatan
/ intervensi
- Menuliskan instruksi
keperawatan
-
Pelaksanaan
Melaksanakan
tindakan / intervensi sesuai dengan rencana keperawatan yang dibuat.
-Penilaian/ evaluasi
Mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan — menilai pencapaian tujuan
— perbaikan rencana tindakan bila diperlukan.
7.
Konsep Adaptasai
Ada beberapa pengertian
tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain :
W.A.
Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif
(autoplastis).Menurut Soeharto Heerdjan (1987),
penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengawasi
kesulitan dan hambatan.
Adaptasi
merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar
dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress dapat berupa
membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
8.
Model-model Adaptasi
Setiap
orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik, psikis, dan sosial
baik dari dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat
dihadapi dengan seimbang maka tingkat stress akan meningkat. Model adaptasi
menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah
menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan untuk
menghadapi stress itu adalah :
- Biasanya tergantung pada pengalaman
seseorang dengan stressor serupa, sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan
trehadap stressor.
- Berkenaan dengan prktik dan norma
kelompok sebaya individu.
- Dampak dari lingkungan sosial dalam
membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap stressor.
- Sumber yang dapat digunakan untuk
mengatasi stressor.
a. Adaptasi
Fisiologis/Biologis
Pada
dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat mekanisme pertahanan yang
bersifat alami dan bekerja secara teratur sehingga memungkinkan tubuh untuk
dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang berasal dari faktor
internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya dan akan berubah menjadi
suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam kondisi yang tidak
normal.
Indikator
fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara
umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu
teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator
tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan
klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat
aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress. Durasi dan
intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas
stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh
karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua
sistem. Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi
pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit
dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian
paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang
meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang
lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian
adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup. Indikator fisiologis stress
:
-Kenaikan tekanan darah
-Peningkatan ketegangan
di leher, bahu, punggung.
-Peningkatan denyut
nadi dan frekwensi pernapasan
-Gelisah, kesulitan
untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
-Temuan hasil
laboratorium abnormal : Peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol
dan katekolamin dan hiperglikemia.
b. Adaptasi Psikologis
Seseorang
yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan
secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram
yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa
mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau
ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman
atau terlepas dari stress yang dihadapinya.
Emosi
kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku
klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena
kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor,
maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa
gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan
stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep
diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian
yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah
rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang
berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993). Indikator emosional /
psikologi dan perilaku stress :
• Ansietas
• Depresi
• Kepenatan
• Mudah lupa dan
pikiran buntu
c. Adaptasi Perkembangan
Stress
yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas
perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi
tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk
yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan. Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika
diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan
harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat
(Haber et al, 1992).
Anak-anak
usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa
akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka
mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan
saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh
ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
Remaja
biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung
sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan
peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa
muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang
dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.
Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.Usia setengah baya
biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan
kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol
keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak,
atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun demikian dapat timbul stress, jika
mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
Usia
lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan
kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua
juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi
fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki masa pension juga
menegangkan.
d. Adaptasi Sosial
Budaya
Setiap
lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-masing. Antara
lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan
tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat
dilakukan dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut
tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut
akan mengalami stress.
e. Adaptasi Spiritual
Setiap
agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh
penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur
perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran
tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia.
Topik
2: Konsep Kerja Tim Dalam Keperawatan
1.
Definisi kerja Tim
Kerja
Tim dapat didefinisikan secara sederhana tetapi komprehensif sesuai dengan
pendapat Katzenbach dan Smith yang mendefinisikan kerja tim sebagai sekelompok kecil orang
dengan keahlian pelengkap yang memiliki komitmen terhadap tujuan dan maksud,
tujuan kinerja, dan pendeketan yang sama, serta tanggung jawab secara mutual
(Sofo 2003:289). Definisi kerja tim menurut pendapat Katzenbach dan Smith
memiliki 6 eleman kunci pada kerja tim, yaitu :
a. Ukuran
Apabila
dilihat dari ukuran, maka dapat diketahui bahwa semakin sedikit orang yang
berada didalam tim maka kesempatan untuk mengaplikasikan pendekatan yang sama
pada setiap anggota tim makin besar.
b. Keahlian anggota
Didalam
kerja tim keahlian anggota dimaksudkan pada penggabungan keahlian masing-masing
anggota dalam usaha untuk menampilakan kerja yang effektif.
c. Tujuan yang sama
Tujuan
yang sama adalah bagaimana setiap anggota tim memiliki tujuan yang sama dalam
mengerjakan pekerjaannya masing-masing, yaitu untuk menyelesiakna tugas mereka
masing-masing sehingga pekerjaan tim dapat terselesaikan dengan baik.
d. Pendekatan umum
Pendekatan
dalam sebuah tim mengandung tiga elemen, yaitu individu, kelompok dan tugas.
Pendekatan yang dimaksudkan disini adalah dilakukannya review mengenai
bagaimana individu mendekati kelompok, bagaimana kelompok yang ada berfungsi
berfungsi sebagai sebuah tim, dan bagaiamana tim bekerja menuju pencapaian
tujuan.
e. Tujuan-tujan kinerja
Tujuan-tujan
kinerja yang diinginkan dalam tim diantaranya adalah: menciptakan suatu kinerja tim yang sempurna, spesifik dan
terkait secara langsung dengan tujuan tim.
f. Pertanggung jawaban
mutual
Pertanggung
jawaban mutual dapat didefinisikan sebagai suatu individu didalam tim tidak
memikirkan diri sendiri, melainkan menafsirkan “saya” sebagai “tim” pada saat
bekerja.
Dalam model organisasi
tim, yang berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan perkembangan tim
(Tjosvold, dalam Sofo( 2003:292)). Dari tingkatan-tingkatan perkembangan tim
terdapat lima bagaian yang ada, yaitu:
1. Envision
Melibatkan usaha
pembentukan dari tim dan isu terkait, seperti munculnya pemimpin dan orientasi
dari tim.
2. Unite
Memasukan negosiasi
konflik dan toleransi terhadap perbedaan individual. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan pembentukan norma tim dan pengembangan kohesi tim.
3. Empower
Empower dapat dikaitkan
dengan usaha mengenali konflik yang terjadi. Sehingga dalam tingkatan ini perlu
dilakukan konsep peningkatan agenda personal dan dapat terjadi munculnya
susunan kekuasaan.
4. Explore
Pendewasaan identitas
tim dan pengemabangan serta pencapaian keseimbangan antara individu, tugas dan
peranan pemeliharaan yang dapat menghasilkan kinerja tugas yang efektif.
5. Reflect
Reflect dari tim
termasuk pembahasan mengenai prilaku yang dinilai, penundaan dan pembubaran
ritual penandaan ke dalam tim lain.
Penggunaan
tim memiliki sebuah keberagaman aplikasi. Hayes (Sofo 2003:294)
mengidentifikasikan secara lebih komprehensif mengenai 4 tipe utama dari tim,
yaitu:
1. Tim produksi atau
tim jasa: biasanya menampilkan pekerjaan rutin dan memerlukan pekerja yang full
time.
2. Tim aksi atau
negosiasi: melibatkan anggota yang ahli dan berkumpul dalam periode waktu yang
spesifik untuk menampilkan tugas yang terdefinisi secara jelas.
3. Tim proyek dan
pengembangan: merupakan bentuk tim yang diambil oleh tim penelitian dan
pengembangan (R&D).
4. Tim penasehat dan
keterlibatan: biasanya berurusan dengan proses pembuatan keputusan dan
pemunculan ide serta solusi
2.
Prinsip kerja Tim
Guna
mendukung hal tersebut diperlukan beberapa prinsip untuk kenyamanan tim yang
efektif yaitu : memperoleh bakat terbaik dari masing-masing individu ; mendemonstrasi
dan mengembangkan kepemimpinan ; merangsang komitmen tim ; memberi inspirasi
keamanan dan antusiasme tim ; membangun sikap tim yang kuat ; memberdayakan
individu ; supaya menonjol dilingkungan tim ; menciptakan lingkungan tim atas
dasar saling percaya dan saling menghormati ; membangun suatu pondasi karakter
tim dan individual ; prilaku yang tidak egois dan rela berkorban ; berpikiran
terbuka.
Seperti
tentara diajari cara untuk beroperasi dan bekerja sebagai sebuah tim dan cara
untuk menyesuaikan diri. Perilaku yang tepat dihargai, sementara perilaku tidak
tepat akan dihukum berat. Jadi dengan mengkondisikan mereka agar bergerak,
bertindak, dan berperilaku sebagai sebuah tim selama pelatihan, mereka mampu
bertindak seperti juga saat sedang
berperang. Pelatihan, disiplin, komunikasi, dan umpan balik yang jelas serta
pembatasan, peran yang jelas adalah faktor penting dan diperlukan untuk
mencapain sinergi.
Sebenarnya
kerjasama tim yang efektif sering kali merupakan hasil dari disiplin yang
ditentukan oleh masing-masing anggota tim. Mereka memastikan bahwa tidak hanya
perilaku yang diubah, tetapi setiap anggota memiliki sikap yang tepat untuk
mempertahankan kebersamaan dan kepentingan kelompok. Jelasnya perlu waktu untuk
melatih sebuah tim. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk melatih sepasukan
tentara agar siap berperang. Sama hal nya juga kerjasama tim memerlukan waktu
beradaptasi, terampil berkomunikasi,
bergaul, penyesuaian karakter,
membentuk kompetensi, ketegasan, visi dan misi.
Membangun kerja Tim:
· Ekspektasi
terhadap pekerjaan dan hasilnya.
Setiap anggota perlu memahami mengapa mereka
ditempatkan di dalam satu tim dan apa tujuannya. Apakah ini adalah tim tetap
atau untuk suatu proyek saja? Apa misi dari pekerjaan yang Anda emban? Sejauh
mana pembagian waktu dan peran masing-masing anggota tim, itu juga perlu selalu
diingat.
· Komitmen.
Setiap
anggota tim perlu memiliki komitmen yang sama, untuk mencapai misi pekerjaan.
Sejauh mana Anda memandang kontribusi Anda terhadap perusahaan dan juga demi
kemajuan diri sendiri? Pertanyaan ini juga perlu selalu diajukan ke setiap
anggota tim lainnya.
· Kompetensi.
Apakah kompetensi yang dimiliki tim telah
merata atau cenderung didominasi oleh orang-orang tertentu dan yang lain hanya
bekerja di belakang? Sebaiknya, setiap anggota memiliki kemampuan tertentu
sehingga sebagai tim akan memiliki kekuatan yang lebih besar lagi. Perlu
dilihat juga, apakah setelah Anda dan teman-teman menjadi satu tim, ada
perkembangan kemampuan atau tidak? Jika tidak, mungkin Anda perlu mengajukan
permohonan training pada bagian SDM.
· Alur
Kerja.
Sejauh mana alur kerja yang dijalani sekarang sudah efektif
dan memberikan hasil yang baik? Untuk memastikannya, perlu dilihat apakah Anda
dan teman-teman sudah memahami peran dan tanggung jawab masing-masing, sesuai
dengan peran dalam tim. Jika terjadi sesuatu secara mendadak yang mengganggu
alur kerja, berdiskusilah bersama untuk mengantisipasinya. Jangan tunggu sampai
terjadi masalah.
· Komunikasi.
Tim
Anda tidak akan bisa bekerja optimal jika tidak ada komunikasi yang baik. Untuk
itu, Anda perlu memastikan bahwa hubungan Anda dengan rekan-rekan didasari oleh
komunikasi yang tulus dan jujur. Begitu juga dengan atasan dan perusahaan.
Pastikan hasil kerja tim selalu mendapatkan umpan balik dari atasan dan
perusahaan. Karena, jika tidak ada saran atau kritik, bagaimana Anda tahu bahwa
semua sudah berjalan sesuai jalurnya?
·
Konsekuensi.
Selalu
pikirkan konsekuensi dari setiap tindakan terhadap diri sendiri, tim, dan juga
perusahaan. Apakah keputusan yang Anda alami dapat berpengaruh pada teman-teman
lainnya? Bagaimana jika tim Anda tidak berhasil memenuhi target yang diberikan?
Selalu pikirkan hal ini dan bicarakan dengan rekan tim Anda.
·
Reaksi terhadap perubahan.
Sejalan dengan waktu, Anda dan tim
dapat mengalami berbagai perubahan. Itu bisa datang dari anggota tim, interaksi
dengan pihak luar, dan kebijakan perusahaan. Sejauh mana tim Anda dapat
menghadapi perubahan ini?
3.
Cara Kerja Tim
a.Fokus pada Tujuan
Secara Keseluruhan
Jelaskan
rencana jangka panjang perusahaan dan lakukan follow-up secara teratur. Orang-orang
seringkali terlalu fokus pada masalah hari ini dan pekerjaan rutin lainnya
sehingga kehilangan gambaran akan tujuan utama secara keseluruhan. Pada waktu
anggota lainnya sedang berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah, orang lain
dapat mendedikasikan lebih banyak waktunya untuk me-review proses untuk
mengeliminasi masalah-masalah yang mungkin muncul di masa depan.
b.Tetapkan Tujuan
Anggota
tim perlu untuk memperhatikan tujuan individu maupun tujuan tim. Dukunglah
mereka untuk menentukan tujuan jangka pendek yang dapat diraih dan dapat
diukur, serta tujuan jangka panjang. Dengan tujuan yang jelas dalam suatu tim
dan adanya suatu kode etik dan aturan tertentu, tim itu akan mulai bisa
mengatur dirinya sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pantauan atau
pengawasan dari pihak-pihak ahli atau senior sangat dibutuhkan untuk
menghilangkan atau paling tidak mengurangi sifat-sifat negatif seperti
kemalasan, keterlambatan, serta suka menunda-nunda pekerjaan. Komunikasikanlah
selalu setiap tujuan dengan jelas, dan pastikan setiap anggota tim mengerti
benar-benar setiap tujuan tersebut.
c. Bagikan Setiap
Informasi yang Ada
Setiap
informasi yang disembunyikan akan dianggap sebagai gosip atau rumor. Hal ini
akan sangat menurunkan produktivitas dan moral semua anggota tim, bila mereka
menemukan banyak gosip atau informasi-informasi yang tidak jelas berkeliaran di
antara mereka. Terutama dalam masa-masa sulit, atau masa-masa peralihan,
bagikan dan sebarkanlah semua informasi yang memang perlu untuk dikomunikasikan
ke semua anggota tim, dan jangan lupa terus meng-update informasi tersebut
sesering mungkin.
d. Tunjukkan Antusiasme
Antusiasme
mudah menular. Selalu bersikap positif, dan penuh harap. Bila mereka melihat
Anda mengharapkan sesuatu dari mereka, maka ada peluang mereka akan memberikan
yang terbaik dan berusaha untuk tidak mengecewakan Anda. Fokuslah juga pada
hal-hal yang dikerjakan dengan benar, dan tidak selalu melihat kesalahan orang
lain saja.
e. Have Fun
Bangun
semangat yang ada di dalam tim untuk selalu dapat memberikan energi yang tinggi
dan semangat untuk terus bersatu. Sediakan waktu untuk tertawa bersama dan
ciptakan suasana yang sesantai mungkin. Tidak ada tujuan yang dapat dicapai
dengan mudah bila suasana kerja sama selalu berada dalam keadaan tegang.
f. Delegasi
Biasakan
untuk bisa menjelaskan apa yang harus dikerjakan dan mungkin bagaimana cara
mengerjakannya (bila diperlukan), lalu biarkan. Lebih baik lagi bila Anda dapat
menjelaskan masalah yang ada dan hasil seperti apa yang Anda inginkan, lalu
biarkan tim Anda mengembangkasssssn caranya sendiri untuk menyelesaikan tugas
Anda tersebut. Percayakan tugas kepada setiap individu dalam tim secara
keseluruhan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan waktu yang telah
Anda tetapkan. Bila sudah ada jadwal untuk me-review proyek Anda pada hari
Selasa depan, maka jangan menanyakan hasilnya hari ini.
4. Hambatan Kerjasama Tim
a. Kita tidak yakin
pada tim yang kita bangun
Salah
satu syarat dalam membangun tim adalah memiliki tujuan bersama dan keyakinan
bahwa tujuan tersebut dapat terlaksana dengan adanya tim. Namun, meski memiliki
tujuan bersama, tanpa keyakinan, maka keberadaan tim menjadi kurang begitu
berpengaruh positif, karena keyakinan lah salah satu sumber motivasi dalam
sebuah tim. Dan, inilah salah satu hambatan yang harus kita singkirkan demi
tercapainya tim yang solid–Percaya.
b. Kita tak tahu
manfaat dari membangun tim
Mungkin,
di dunia ini kita jarang melihat ada orang yang bekerja sama dan memperoleh
banyak hal dalam waktu dan usaha yang lebih singkat tanpa masalah. Justru yang
sering dilihat adalah saling sikut, saling tikam dari belakang, dan saling
berkompetisi sehingga dalam mindset kita pun terbentuk “udah pasti begitu,
karena memang begitu“. Membangun tim adalah salah satu strategi jangka panjang
di mana kita dapat mendukung satu-sama-lain dan menggunakan kemampuan bersama
untuk menyelesaikan masalah bersama.
c. Kita mencoba untuk
menghindari konflik
Sulit
memang mengendalikan konflik yang muncul saat beberapa orang dalam tim bekerja
sama. Sebagian besar orang akan berhenti dalam skema “sepakat untuk tidak
sepakat–agree to disagree“, untuk mencari aman daripada belajar kemampuan lebih
lanjut untuk bekerja dalam tim dan akhirnya membangun tim yang lebih solid.
Namun ingat, sebenarnya bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan konflik dan
menyelesaikan masalah justru membua tim semakin solid dan tempat kerja semakin
dapat dinikmati.
Daftar Pustaka
Sofo, Francesco. 2003.
Terjemahan Prespektif, Peranan dan Pilihan Praktis Pengembangan Sumber Daya Manusia. Surabaya: Airlangga University Press.
http://bayu-inside.blogspot.com/2011/10/stres-dan-adaptasi.html
http://jannyerika-mkes.blogspot.com/2011/06/adaptasi.html
0 komentar