BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di
sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan
minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari
cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh
adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase
cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria
secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan
wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit
air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang
intra seluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel).
Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan
kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal. 60 % berat badan tubuh adalah
: a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan b.Cairan ekstrasel
(CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan intravaskuler (plasma) 5 %
dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat badan.
B. Tujuan
1. Menambah wawasan dan
pengetahuan bagi mahasiswa sendiri dan umum
2. Mempelajari lebih
dalam tentang kebutuhan cairan dan elektrolit
3.
Mempraktekkan atau menerapkan apa yang telah di pelajari pada materi kebutuhan
cairan dan elektrolit
C. Rumusan masalah
1.
Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. System tubuh yang berperan pada
kebutuhan cairan dan elektrolit
3. Cara perpindahan cairan dan
elektrolit
4. Kebutuhan cairan bagi manusia
5. Pengaturan volume cairan tubuh
6. Jenis cairan
7. Kebutuhan dan pengaturan
elektrolit
8. Jenis cairan elektrolit
9. Keseimbangan asam basa
10. Jenis asam basa
11. Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan dan elektrolit
12. Masalah-masalah kebutuhan cairan
dan elektrolit
13. Proses keperawatan masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi kebutuhan cairan dan
elektrolit
Kebutuhan
cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi
yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis.
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan
“homeostasis”.
B. Sistem yang Berperan dalam
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1.
Ginjal
Merupakan
organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus
dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang
sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.
2. Kulit.
Merupakan
bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan
cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah
yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas
lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran
udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat
merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air
yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan
kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3.
Paru
Organ
paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
4.
Gastrointestinal.
Merupakan
organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses
penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam
system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat
melalui system endokrin, seperti: system hormonal contohnya:ADH. Memiliki peran
meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam
tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang
mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.Aldosteron. Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin.
Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur
pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal.Glukokortikoid. Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi
natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi
retensi natrium.
Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
C.
Cara Perpindahan Cairan Tubuh
Perpindahan
cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1.
Fase I :
Plasma
darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2.
Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah
kapiler dan sel
3.
Fase III :
Cairan dan
substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
Setiap kompartmen
dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan
pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat
tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel
untuk substansi tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif)
bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat
menembusnya.Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau
pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak
membutuhkan energi.
1. Difusi
Partikel (ion
atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan
partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju
difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion).
Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Peningkatan
perbedaan konsentrasi substansi.
b. Peningkatan
permeabilitas.
c. Peningkatan
luas permukaan difusi.
d. Berat molekul
substansi.
e. Jarak yang
ditempuh untuk difusi.
2. Osmosis
Bila suatu
substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama.
Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi
tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air
akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat
terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan
osmosis.
3. Filtrasi
Filtrasi terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran.
Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan,
luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi
ini disebut tekanan hidrostatik.
4. Transport aktif
Transport aktif
diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari
daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
D. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi
Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian
dari kenutuhan dasar manusia secara fisiologis
proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan
tubuh, sementara itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan,
persentase tubuh dapat dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir
75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa
55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan tubuh
berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis kelamin
jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan
Umur
|
Kbutuhan air
Jumlah air dalam 24 jam
|
Ml/kg berat badan
|
3 hari
|
250 - 300
|
80 – 100
|
1 tahun
|
1150 – 1300
|
120 – 135
|
2 tahun
|
1350 – 1500
|
115 – 125
|
4 tahun
|
1600 – 1800
|
100 – 110
|
10 tahun
|
2000 – 2500
|
70 – 85
|
14 tahun
|
2200 – 2700
|
50 – 60
|
18 tahun
|
2200 – 2700
|
40 – 50
|
Dewasa
|
2400 – 2600
|
20 – 30
|
E.
Pengaturan volume cairan tubuh
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan
komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang
nyaman.Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh
yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan
kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
1.
Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa
minum kira-kira1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira
2500 ml per harisehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari
makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake
cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di
bawah :
No.
|
Umur
|
Berat
Badan (kg)
|
Kebutuhan
Cairan (mL/24 Jam)
|
1
|
Hari
|
3,0
|
250
- 300
|
2
|
1
tahun
|
9,5
|
1150
- 1300
|
3
|
2
tahun
|
11,8
|
1350
- 1500
|
4
|
6
tahun
|
20,0
|
1800
- 2000
|
5
|
10
tahun
|
28,7
|
2000
- 2500
|
6
|
14
tahun
|
45,0
|
2200
- 2700
|
7
|
18
tahun(adult)
|
54,0
|
2200
- 2700
|
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.
Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin II sebagai respon dari
penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walaupun kadang terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
2
.Output Cairan
Kehilangan
caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.
Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal
dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar
30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan produksi
urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b.
IWL (Insesible Water Loss) :
IWL
terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar
300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka
IWL dapat meningkat.
c.
Keringat
:
Berkeringat
terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal
dari anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.
Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per
hari,yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).
F. Jenis Cairan
1. Cairan nutrient
Pasien yang
istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya. Cairan
nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam
cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri
atas:
a.
Karbohidrat dan air, contoh: dextrose
(glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½ dextrose dan ½ levulose).
b.
Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan
travamin.
c.
Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
d.
Blood Volume Expanders
Merupakan
bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh darah
setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai,
misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan
jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan
hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk
menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum
albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai
tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume
darah.
G. Kebutuhan dan pengaturan elektrolit
1. Kebutuhan elektrolit
Elektrolit
terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient
dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion.
Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit.
Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit
tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation.
Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat
dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:Natrium: 135-145 mEq/lt,
Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt,
Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-4,5
mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh
atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi
kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.
2. Pengaturan Elektrolit
a)
Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam
pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh.
b)
Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan
intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.Aldosteron juga
berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel).
Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
1)
Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan produksi aldosteron.
2)
Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang
dikeluarkanmelalui ginjal.
3)
Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel
menurun.
c)
Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
d)
Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua
dalam cairan intrasel.
e)
Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi
klorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida
biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan
osmotic dalam darah.
f)
Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer
(penyangga) dalam tubuh.
g)
Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam
pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan
dikeluarkan melalui urine.
H.
Jenis Cairan Elektrolit
Cairan
elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan
isotonic, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal
saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
1. Cairan
Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2. Cairan
Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3. Cairan
Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
I.
Keseimbangan Asam dan Basa
Dalam
aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan
asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH
cairan tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan
melalui proses metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan
oleh pernapasan dengan system regulasi (pengaturan di ginjal). 3 macam system
larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, fosfat dan protein.
System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium
bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan keseimbangan asam-basa
dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah
yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi standar (normal). Ventilasi dianggap
memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2.
Pembuangan
melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai.
Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.
J. Jenis
Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis.
Keadaan osidosis dapat di sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum.
Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium
bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+
dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari
asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+.
selain system pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa yang sangat kompleks.
Masalah
– masalah ;
1. Asidosis respiratorik,
Merupakan
suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system pernapasan dalam
membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
2. Asidosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau
terjadi penumpukan asam.
3. Alkalosis respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari
paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg,
pH lebih dari 7,45.
4. Alkalosis metabolic
Merupakan
suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH
arteri lebih dari 7,45.
K. Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh antara lain :
a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,
karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan
elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler
sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat
kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan
:
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan
kehilangan darah selama pembedahan.
L. Gangguan /Masalah Kebutuhan
Elektrolit
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari
135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang
ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
3) Hipokalemia
M erupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada
pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
4) Hiperkalemia
Merupakan
suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering
terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik.
Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan,
dll.
5) Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung,
dll.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah.
Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan
makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri
pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma
lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan
tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini
ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih
dari 2,5 mEq/L.
9)
Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa,
keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan
normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan
melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan
melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam
sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan
buffer fosfat, dan larutan buffer protein.
M. Proses keperawatan masalah
kebutuhan cairan dan elektrolit
1.
Pengkajian
a.Riwayat keperawatan
Berisi
informasi mengenai masalah kesehatan klien dimasa lalu atau yang baru saja
terjadi, yang menyebabkan resiko terjadinya ketidak seimbangan
b. Pemeriksaan fisik
Karena
gangguan cairan, elektrolit dan asam basa dapat mempengaruhi semua sistem, kita
harus mengidentifikasi secara sistematis setiap adanya abnormalitaspada tubuh.
Seperti denyut nadi dan tekanan darah, sistem pernapasan, sistem
gastrotestinal, sistem ginjal, sistem neuromuscular, kulit
c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan
labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar
elektrolit serum, hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine,
dan kadar gas darah arteri.
2.
Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan
plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan
mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi
natrium
6. Disritmia
yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan
pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan
mekanisme pengaturan
3. Disritmia
yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3.
Perencanaan
Tujuan
:
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit
dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan
dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami
komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan status
keseimbangan
Rencana
tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah
total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara waktu makan,
sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah
ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral yang mengandung cairan
elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama
4.
Implementasi
a
.Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang
pemberi makan
a. Oral
Dapat
dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam
jumlah yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran
gastrotestinal. Ketika mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang
mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang
pemberian makan
Sangat
tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak
mampu menelan cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik,
gastrostomi, atau jejunostomi harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada
klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan
cairan
1. Memberikan
setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta
meminum sejumlah besar obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari
jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul 23.00
3. Antara
pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a. Terapi cairan dan elektrolit
intravena
Pemberian
cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makan.
1. Alat dan bahan
a.
Jarum yang sesuai
b.
Larutan yang benar
c.
Infuse set
d.
Standart infuse
e.
Papan penopang ( jika perlu )
f.
Handuk atau pengalas
g.
Alcohol dan swab pembersih
h.
turniket
i.
Kasa atau balutan transparan
j.
Plester
k.
Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a.
Cuci tangan
b.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c.
Pasang pengalas
d.
Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e.
Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem
pen ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f.
Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g.
Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat
mengalir dari bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi
penghentian cairan setelah selang terisi
h.
Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i.
Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j.
Pilih vena
k.
Pakai sarung tangan
l.
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m.
Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek
apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum
infus/abocath)
o.
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p.
Buka tetesan
q.
Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r.
Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s.
Cuci tangan
Cara
Menghitung Tetesan Infus
1.
Dewasa
:
Tetesan
/ Menit = Jumlah Cairan yang Masuk
Lamanya infus (jam) x 3
2.
Anak
Tetesan
/ Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)
b. Penggantian darah
Transfusi
darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan
alat transfuse set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan
memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan Bahan :
1. Standar infuse
2. Tranfusi Sel
3. NaCl 0.9 %
4. Darah sesuai dengan
kebutuhan pasien
5. Jalan infuse / abocath atau
sejenisnya sesuai dengan ukuran
6. Pengalas
7. Tourniquet / pembendung
8. Kapas alcohol 70 %
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Betadine
13. Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1.
Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 %
dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi
cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan
tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan
ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan
arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai
vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang
tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup
dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada
plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk,
kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan,
terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah, dan
tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama
pemakaian transfuse
18. Cuci tangan
5.
Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah
diberikan, secara umunm dapat dinilai dari penurunanberat badan, peningkatan
haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak adanya edema dependen, turgor
kulit baik dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan Cairan
tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan
dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel).
Daftar
pustaka
LuVerne Wolff,R.N,1984.Dasar-Dasar Ilmu
Keperawatan.Jakarta : PT Gunung Agung
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html
0 komentar