A.
Definisi Penatalaksanaan Specimen
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium atau petugas
lain yang terampil dan berpengalaman. Sesuai dengan kondisi dan situasi
setempat, spesimen dapat diambil oleh petugas RS/laboratorium setempat, atau
oleh petugas laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Pengambilan
harus dilakukan dengan memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan dini
untuk mencegah terjadinya infeksi. Jenis spesimen yang diambil dapat berupa :
darah (serum atau darah), urin, tinja, dan jaringan.
Petugas
pengambil spesimen diharuskan memakai :
- Laboratorium jas (lengan panjang)
- Sarung tangan (karet)
- Kaca mata plastik (goggle)
- Masker (N95 untuk petugas dan penderita)
- Tutup kepala (plastik)
B. Fungsi
Penatalaksanaan Specimen
Salah satu kontribusi
perawat dalam pengkajian status kesehatan adalah mengambil spesimen dan cairan
tubuh untuk pemeriksaan. Pemeriksaan specimen biasanya dilakukan minimal satu
kali pada tiap klien rawat. Tujuan pemeriksaan specimen adalah menetapkan
diagnosa masalah dan menilai respon klien terhadap terapi yang telah dijalani.
Tanggung jawab
perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:
1.
Memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan
keamanan saat pengambilan specimen.
2.
Menjelaskan tujuan pemeriksaan.
3.
Melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman specimen dengan benar.
4.
Mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada
lembaran dengan benar.
5.
Melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal.
C. Konsep Dan Tekhnik Pengambilan Specimen
1. Pemeriksaan Spesimen Urine
a. URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa
rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:
1.
Urin bersih,
biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung konsentrasinya
lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.
2.
Jumlah minimal 10mL
3.
Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat
melakukannya sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali
klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
4.
Spesimen harus bebas dari feses
5.
Diperlukan
urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan
segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu
ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan
lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
b. URIN TENGAH (clean-catch or
midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan
cara pengambilan spesimen untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk mengetahui
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri
di permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan kateter lebih berisiko
menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme khusus agar spesimen yang didapat tidak
terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:
1.
bersihkan
area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus lalu
keringkan
2.
biarkan urin
yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan mengeluarkan bakteri yang
ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-hati
memegang wadah penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan
perineum.
3.
Jumlah yang diperlukan 30-60mL
c. URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh
produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya
berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari
pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah
pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya
urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang
lebih besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan
urin tampung adalah:
1.
Mengkaji
kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2.
Menentukan
penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3.
Menentukan
kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon tertentu)
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1.
Periode
pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
2.
Beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
3.
Setiap kali
berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera masukan
dalam wadah yang lebih besar
4.
Setiap
spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
5.
Perawat
harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
6.
Wadah
pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES
d. SPESIMEN URIN ACAK
1.
Spesimen
urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan dari urin klien saat
berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong pengumpul urin yang
mengalami diversi urinarius
2.
Spesimen
harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
3.
Anjurkan
klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya 120 mL urin
yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
4.
Setelah
spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat padsa wadah
spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai bagian wadah,meletakan
wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.
e. SPESIMEN KATETER INDWELLING
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin
melalui area kateter yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum
suntik. Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin
waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa
rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak
terkontaminasi.
Pengambilan specimen urin
a.
Pengambilan Spesimen
1)
Wadah Spesimen
a. Wadah spesimen urine harus bersih dan
kering.
b. Dapat terbuat dari plastik atau botol
gelas.
c. Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
d. Wadah
berwarna terang.
2)
Bahan Pengawet
a. Formalin
37%.
b. Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
3)
Cara Pengambilan Spesimen
a. Urine
ditampung selama 24 jam
b. Urine
yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian tambahkan dengan 2
ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian kocok hingga homogen.
4) Identitas Spesimen.
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap
dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama
responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
b. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen urine
terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam
wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool
box).
2) Wadah spesimen kecil
diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih
dari 3 hari).
c.
Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk
memeriksa kadar Timah hitam dalam urine, antara lain metoda Dithizone dan
metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan
dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan
ataupun peralatan.
d.
Analisa Hasil
Kadar Timah hitam
dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index untuk
pajanan biologi. Kadar Timah hitam dalam darah 50 mg/100ml. Kadar Timah hitam dalam urine 150mg/ml creatinine.
Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos) 250 mg/100 ml
erythrocytes atau 100mg/100 ml darah
e.
Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.
2.Pemeriksaan Spesimen Feses
Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
1.
Melihat ada
tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat atau klien
sendiri. Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac.
2.
Analisa produk
diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak lemak (disebut:
steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak di usus halus.
Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan
kandung empedu.
3.
Mendeteksi
telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari
berturut-turut.
4.
Mendeteksi
virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses sedikit untuk
dikultur. Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi. Pada lembar
pengantar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.
Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan klien akan hal-hal
berikut:
1.
Defekasi pada bedpan yang bersih
2.
Bila
memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi
3.
Jangan
meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi karena dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan
bersih, jumlah feses tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat
atau 15-30mL untuk cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu
dimasukkan dalam kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk segera
diperiksa.
SECARA UMUM
Cara pengambilan spesimen:
1.
Spesimen berupa feses segar, jika tidak memungkinkan,
lakukan usap rektal.
2.
Cara pengambilan feses segar:
Ø
Pasien diminta untuk berkemih terlebih dahulu.
Ø
Feses segar tidak boleh bercampur dengan air
kloset maupun urin.
Ø
Feses ditampung pada pot steril bermulut lebar
dan berpenutup.
Ø
Feses dikeluarkan dan ditampung di atas kertas
plastik.
Ø
Dengan lidi, ambil banyak feses yang dibutuhkan:
ü
Feses padat: 2-5 g
ü
Feses cair: 10-15 ml
3.
Cara pengambilan secara usap rectal
Ø
Diambil dengan kapas lidi sintesis steril, putar
360° pada mukosa rektal dengan kedalaman 1-2 cm.
Ø
Kemudian, masukkan ke dalam tabung steril, tutup
rapat.
4.
Cara penyimpanan feses:
Ø
Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing
departemen.
5. Cara
pengiriman spesimen:
Ø
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun
wadah harus disertai dengan data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun
pasien. Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
v
Data 1:
Botol dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot.
Proses direct labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis
spesimen, jenis tes yang diminta dan tanggal pengambilan.
v
Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis:
dokter yang mengirim, riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir
(minimal 3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan spesimen), waktu
pengambilan spesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai biodata pasien.
Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir.
DEPARTEMEN
MIKROBIOLOGI
Cara pengambilan
feses:
1.
Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan
feses.
2.
Feses tidak boleh difiksasi dengan formalin.
3.
Feses ditampung dalam pot steril bermulut lebar dan
ditutup.
4.
Dengan lidi, ambil feses yang dibutuhkan, biasanya, 2-5
g untuk feses padat dan 10-15 ml untuk feses cair.
Cara penyimpanan feses:
1.
Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang untuk transport.
2.
Bila > 1 jam gunakan media transpot yaitu media
Carry and Blair, Stuart’s medium, Pepton water.
3.
Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang, > 24 jam
pada suhu 4°C
Cara pengiriman feses:
1.
Transport: < 1 jam pada suhu ruang.
2.
Bila tidak memungkinkan, gunakan media transpor atau
kultur pada media Tetra Thionate Broth.
DEPARTEMEN
PATOLOGI KLINIK
Cara
pengambilan feses:
1.
Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan
feses.
2.
Diperlukan pengawet.
Cara penyimpanan
feses:
1.
Feses cair 30 menit
2.
Feses lunak 1 jam
3.
Feses padat bisa diperiksa setiap saat dalam 24 jam
4.
Bila terjadi keterlambatan, sebaiknya feses ditambahkan
pengawet, berupa:
§
PVA
§
Formalin:Feses=3:1
Cara pengiriman feses:
1.
Pengiriman: < 2 jam
2.
Bila tidak memungkinkan, diberi pengawet.
DEPARTEMEN
PARASITOLOGI
Cara
pengambilan feses:
1.
Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan
feses.
2.
Diperlukan pengawet.
Cara penyimpanan feses:
1.
Penyimpanan specimen mungkin disebabkan keterlambatan
pemeriksaan di laboratorium,maka pengawetan feses diperlukan.
2.
Pengawetan feces adalah untuk mengawetkan morfologi
protozoa dan mencegah perkembangan telur dan larva cacing.
3.
Jenis-jenis pengawet:
§
PVA(polivinil-alcohol)
Untuk mengawetkan protozoa tropozoit, stabil untuk masa yang
sangat lama (berbulan-bulan sampai dengan tahun).
§
Formalin
o
5%: untuk mengawet kista protozoa.
o
10%: untuk mengawet telur dan larva cacing.
o
Rasio formalin dengan feses = 3 : 1
§
Merthiolat Iodine-Formalin
Merupakan pengawet berwarna yang baik untuk berbagai stadium
dari parasit yang ditemukan dalam tinja(terutama digunakan untuk
survei lapangan)
§
Larutan Scaudinn
o
Larutan scaudinn mengandung 600 ml larutan
merkuri klorida jenuh dan 300 mL
etil alkohol 95%.
o
Kurang sesuai karena proses pengiriman larutan
yang banyak.
§
SAF(Sodium Acetate-acetate acid-Formalin)
o
Mempunyai kelebihan karena tidak mengandungi
merkuri klorida.
o
Merupakan fiksatif cair.
o
SAF lebih lunak berbanding dengan merkuri
klorida.
o
Laboratorium yang telah memutuskan untuk memakai
pengawet tunggal telah memilih pengawet ini.
4.
Tidak disimpan dalam refrigerator.
5.
Feses hendaklah dicampur rata dengan bahan fiksatif,
apabila dalam bentuk solid, feses harus dihancurkan.
6.
Disimpan dalam wadah yang kering, bersih, tidak bocor,
dan bermulut lebar.
Cara pengiriman feses:
Feses dikirim dengan beberapa prosedur,
diantaranya cara paket:
o
Harus menggunakan penambung ganda setiap bahan
parasit, kecuali sediaan mikoskop.
o
Penampung:
v Bagian
dalam merupakan silinder aluminium dengan penutup ulir.
v Bagian
luar terbuat dari cardboard dengan penutup ulir juga.
o
Dalam tabung/ botol spesimen harus dibungkus
dengan kapas untuk menjaga kelembapan dan mengabsorbsi bahan yang mungkin
terkeluar jika berlaku kebocoran.
3. Pemeriksaan Spesimen Sputum
Sputum adalah sekret mukus
yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea. Individu yang sehat tidak
memproduksi sputum. Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari paru-paru,
bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
1.
Kultur
(menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat
2.
Untuk
sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel.
Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya)
seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari sputum yang diambil di pagi
hari.
3.
Pemeriksaan
bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari,
untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit,
menggunakan wadah penampung khusus untuk pemeriksaan ini.
4.
Menilai keberhasilan terapi.
Cara pengambilan
umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang
diakumulasi sejak semalam. Bila
klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah
sebagai berikut:
1.
Lakukan perawatan mulut
2.
Minta klien
untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
3.
Lakukan kembali perawatan mulut.
Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan
swab dengan mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil.
Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme penyebab penyakit. Dalam
melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu ambil bahan pada
daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna kemarahan.
Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien
duduk dan minta klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan
dengan cepat.
DEPARTEMEN
MIKROBIOLOGI
Cara pengambilan
sputum:
1.
Cara pengambilan sputum yaitu sama seperti cara
pengambilan sputum secara umum.
2.
Ingat untuk tetap menjaga viabilitas bakteri.
3.
Volume sputum yang diperlukan: minimal 1 ml, biasanya
2-3 ml, sesuai keperluan.
4.
Perlu diperhatikan perbedaan teknik dan prosedur
pengambilan bakteri biasa dengan bakteri tahan asam (BTA).
5.
Dalam pengambilan sputum untuk bakteri biasa cukup
sekali pengambilan sputum yang dilakukan pada pagi hari. Dan untuk prosedur dan
cara membatukkan sputum dapat dilihat pada cara pengambilan sputum secara umum
diatas.
6.
Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam (BTA)
diperlukan 3 kali pengambilan sputum yang disebut sputum SPS (Sewaktu Pagi
Sewaktu).
Cara penyimpanan
sputum:
1.
Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang
2.
Penyimpanan pada pot steril berpenutup.
Cara pengiriman sputum:
1.
Pengiriman: < 2 jam pada suhu ruang.
2.
Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport.
3.
Media transport yang digunakan untuk spesimen sputum
DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI
Cara pengambilan sputum:
1.
Sputum diambil sesuai dengan prosedur pengambilan
sputum secara umum.
2.
Sputum langsung dibatukkan dalam Screw Cap Medium.
Cara
penyimpanan sputum:
1.
Sputum ditangani pada bagian sitologi dan termasuk
dalam kriteria kental, sel cukup banyak sehingga langsung dibuat preparat
hapusnya.
2.
Sputum langsung dihapus ke objek gelas dan langsung
difiksasi dengan alkohol 50-70% dengan metode fiksasi pelapis (coating
fixative).
3.
Fiksasi pelapis yaitu fiksasi dengan campuran alkohol
basa yang memfiksasi sel-sel dan bahan seperti lilin yang membentuk lapisan
pelindung yang tipis diatas sel.
4.
Cara membuat preparat hapus: Ambil dahak dengan ose
steril. Hapus ke objek gelas dengan ukuran 2x3 cm. Fiksasi dengan alkohol
50-70% dengan perbangingan 1:1
5.
Alternatif lain selain fiksasi: simpan dalam lemari es
4°C.
6.
Simpan dalam lemari es bersuhu -70°C untuk penyimpanan
selama bertahun- tahun.
Cara pengiriman
sputum:
1.
Objek gelas sputum yang telah difiksasi cukup disimpan
dalam amplop (tranport: < 1 jam).
2.
Alternatif lain: pengiriman dengan media transport
Screw Cap Medium.
4.Pemeriksaan Spesimen Darah
a. Pengambilan Spesimen Darah
1. Alat Dan
Bahan
a)
Spuit/disposible
syringe
b)
Blood lancet
c)
Karet
pengikat lengan/torniquet
d)
Kapas
e)
Alkohol 70%
2. Wadah Spesimen
a)
Untuk darah
vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di dalam spuit.
b)
Untuk darah
kapiler tidak memerlukan wadah.
c)
Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.
3. Bahan Anti Koagulan
a)
Ethylene
Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam bentuk padat dengan
perbandingan 1 : 1.
b)
Heparin
dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.
4.
Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
a)
Ujung jari
tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil darah dalam
jumlah sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
b)
Lipatan
lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah
agak banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.
5. Cara Pengambilan Spesimen
a). Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari
atau anak daun telinga untuk mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau
anak kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih tidak
boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
(1) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol 70% dan biarkan
sampai kering.
(2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang.
(3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan dengan arah
tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh sejajar. Bila
yang akan diambil spesimennya pada anak daun telinga tusukan pinggirnya dan
jangan sisinya sampai darah keluar.
(4) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol
dan biarkan sampai darah tidak keluar.
b) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena
dalam fossa cubiti, pada bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau
sinus sagittalis superior. Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
(1) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet, kemudian
tangan dikepalkan.
(2) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas berakohol
70%.
(3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan
lengan.
(4) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi 30o
dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga volume yang
diinginkan.
(5) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian tempelkan kapas
beralkohol pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian tarik jarum
perlahan-lahan.
(6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan
ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
(7) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti koagulan yang
disediakan, kemudian digoyang secara perlahan agar bercampur.
(8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah
darah dihisap kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti koagulan.
6. Identitas
Spesimen
Spesimen diberi nomor
dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang
berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis
pemeriksaan.
b. Pengiriman Spesimen
Darah
1) Setelah spesimen
terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam
wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool
box).
2) Wadah spesimen
kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Wadah diberi
label yang berisi tentang identitas yang meliputi : tanggal pengiriman, jenis
dan jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang diminta, jenis pengawet, dan tanda
tangan pengirim.
4) Sampel dikirim ke
laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan
atau laboratorium lainnya.
5) Transportasi
pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium, pengiriman spesimen maksimum
3 hari.
c.
Pemeriksaan Spesimen Darah
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk
memeriksa kadar Timah hitam dalam darah, antara lain metoda Dithizone dan
metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan
dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan
ataupun peralatan.
d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam
dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index untuk
pajanan biologi. Menurut WHO (tahun 1977) nilai pada orang dewasa normal adalah
10 s/d 25 µg per desiliter.
e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita sebagai mahasiswa yang belajar di sekolah tinggi
ilmu kesehatan khususnya keperawatan harus memahami prosedur pengambilan,
penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan cara yang tepat sesuai dengan tujuan
pengambilan spesimen, apakah untuk pemeriksaan dalam bidang
mikrobiologi/patologi klinik/patologi anatomi/parasitologi.
B. Saran
Agar tujuan kita tercapai sebaiknya
kita belajar dengan giat dan tidak mengabaikan aturan dan norma-norma yang
berlaku agar segala yang kita harapkan dapat tercapai dengan maksimal.